Kamis, 05 November 2009 |
KOmen here |
Sementara Aku tampung komen kalian di sini ya..... makasih komennya semoga.... blogku makin bagus....
luv U.. |
posted by Princess Dina @ 02.03  |
|
Selasa, 03 November 2009 |
History Of Our Beloved Accounting |
Perkembangan akuntansi sejalan dengan perkembangan dunia usaha, yang para pengusaha atau pedaganng akan selalu membandingkan antara jumalh harta yang dimiliki saat mulai berusaha/berangkat berdagang dengan saat kembali.
Pada abad ke-14 para pedagang dari Genoa mulai mengadakan pencatatan secara sederhana. Dengan terbitnya buku Summa de Aritmatika, Geometrica, Pro Portioni et Proportionality, yang disusun oleh Lucas Paciolo tahun 1494, pembukuan mulai dilakukan secara sistematis dengan menggunakan sistem berpasangan.
Sistem pembukuan berpasangan ini berkembang di Eropa khususnya di Belanda yang lebih dikenal dengna Sistem kontinental . kemudian pada abad ke-19, teori dan praktik pembukuan berpasangan dikembangkan di Amerika Serikat menjadi Akuntansi (Accounting). Sistem Akuntansi yang berkembang di Amerika Serikat ini dikenal sebagai Sistem Anglo Saxon.
Di Indonesia, perkembangan akuntansi mulai tampak setelah undang-undang mengenai tanam paksa dihapuskan pada tahun 1870 sehingga kaum pengusaha swasta Belanda bermunculan di indonesia untuk menanamkan modalnya. Dengan demikian, kebutuhan dunia usaha terhadap akuntansi tumbuh pula dan berkembanglah sistem Kontinental Belanda.
Pada saat Belanda meninggalkan Indonesia dan diganti oleh Jepang, tenaga-tenaga akuntansi mengalami kekosongan. Atas prakarsa Mr. Slamet, didirikan kursus-kursus akuntansi yang merupakan cikal bakal tenaga akuntan di Indonesia.
Baca selengkapnya » |
posted by Princess Dina @ 04.32  |
|
Rabu, 28 Oktober 2009 |
EtiKa ProfesI Akuntansi |
Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik) adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota Institut Akuntan Publik Indonesia atau IAPI (sebelumnya Ikatan Akuntan Indonesia - Kompartemen Akuntan Publik atau IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang bukan anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP).
Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Kode_Etik_Profesi_Akuntan_Publik |
posted by Princess Dina @ 03.19  |
|
|
PUTTING THE FUN Backing in Banking |
 ENGLISH Hands-on fun at a banking museum? That doesn’t sound likely. But the Bank Indonesia Museum in North Jakarta, which was inaugurated after the completion of renovatioans in July, boast computer-touch screeens, art installations and interactive games, making it seem a world away from other museums in the city with their yellowing dioramas, dim lighting and dusty exhibits.The museum is located in a two-story Dutch colonial building in the heart of Kota Tua, Jakarta’s old quarters, and a stone’s throw from the Jakarta museum at the back of Fatahillah Square. The Bank Indonesia Museum opened to the public in 2006. Gede Aryana, public program analyst for Bank Indonesia, said there were three reason behind the bank’s decision to establish a museum. First, Bank Indonesia wanted to increase the public’s understanding of the central bank. Second, the museum hopes to educate people about the role of a central bank, which is completely different from that of a private bank. Third, Gede said, “we also wanted to preserve our heritage”. “ Indonesians in general have little interest in museums.” Therefore, Gede said the exhibits had to be presented in appealing way. “if we don’t package them in a fun and interesting way, who will come to the museum?” Nur Adiati, who has visited the museum, said the main selling point was the museum’s interactive elements and attractive designs. “[Bank Indonesia Museum] doesn’t only display statistic artifacts,” she said. “ There Seems To be an effort by museum to communicate with visitors. Indah nigrum, an editorial secretary for a lifestyle magazine, first went to the museum for a photo shoot, “ as it makes a beautiful background.” But she then learned the museum had much to recommend, “because it is educative, has a cooperative museum guide and it clean and comfortable.” Many people in this country think that going to museums is fotgettable, if not regrettable, experience, but a trip down this particular memory lane will not dissapoint. I summarize from: Jakarta globe (Saturday/Sunday, september 12/13, 2009). www.Thejakartaglobe.com/features
Indonesia MENARUH KESENANGAN Di Balik Perbankan Seru-seruan di museum bank? Terdengar bukan sesuatu yang mungkin. Namun, museum bank indonesia di Jakarta utara, yang diresmikan setelah selesai renovasi di bulan Juli, memiliki komputer layar sentuh, instalasi yang berseni, permainan yang interaktif, membuatnya seperti sebuah dunia yang jauh dari museum lain di kota dengan dioramanya yang kuning, cahaya yang remang-remang, dan barang pameran yang keabu-abu. Museum ini terletak di sebuah bangunan kolonial belanda di jantung Kota Tua, perempatan jakarta tua, dan jaraknya dekat sekali dari museum jakarta di belakang alun-alun fatahillah. Museum Bank Indonesia dibuka untukmpublik pada tahun 2006. Gede Aryana,seorang analis program publik dari Bank Indonesia, mengatakan bahwa ada tiga alasan dibalik keputusan bank untuk mendirikan sebuah museum. Pertama, Bank Indonesia ingin meningkatkan pemahaman publik tentang bank sentral. Kedua, museum diharapkan dapat mendidik masyarakat mengenai peran bank, yang sepenuhnya berbeda dengan bank swasta. Ketiga, Geda berkata, “kita juga ingin memelihara sejarah kita”. “ Pada umumnya orang indonesia mempunyai sedikit ketertarikan terhadap museum.” Untuk itu, Gede berkata bahwa barang yang dipamerkan harus menarik. “jika kita tidak membungkusnya dengan seru dan menarik, siapa yang akan datang ke museum?” Nur Adiati, yang pernah mengunjungi museum, mengatakan titik penjualan utama adalah unsur interaktif museum dan rancangan-rancangan yang atraktif. “[Museum Bank Indonesia] tidak hanya memajang artifak statistik,” katanya. “ Di sana terlihat seperti sebuah usaha keras oleh museum untuk berkoimunikasi dengan pengunjung. Indah nigrum, seorang sekretaris editorial`untuk majalah gaya hidup, pertama kali pergi untuk pengambilan foto “ dengan maksud mengambil latar belakang yang bagus.” Namun, kemudian dia belajar bahwa museum harus dipuji “karena edukatif, memiliki pemandu museum yang suka bekerja sama dan museum ini bersih dan nyaman.” Banyak orang di negeri ini berfikir bahwa bepergian ke museum adalah hal yang terlupakan, jika tidak menyesal, pengalaman, tapi perjalanan pada jalur kenangan khusus tidak akan mengecewakan. Saya rangkum dari: Jakarta globe (Saturday/Sunday, september 12/13, 2009). www.Thejakartaglobe.com/features
So For U guys, who proclaimed that u are Indonesians and sophisticated economics soldiers. Visit to Bank Indonesia Museum....find a new view, there. Instead of mall jadi, Buat Elo-Elo yang ngaku orang Indonesia dan Anak Ekonomi yang gaul. Maen dong ke Museum Bank indonesia... Cari Suasana baru Gituu, dari pada maen di Mall mulu.
Note: dipersilahkan bila pembaca merasa ada yang salah dengan terjemahan yang saya lakukan, saya terima perbaikannya dengan senang hati.. Kalau ada yang salah ketik dan kesalahan lain yang sengaja maupun tidak sengaja, penulis mohon maaf |
posted by Princess Dina @ 03.00  |
|
|
About Me |
|
Archives |
|
Archives |
|
Sidebar Section |
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus. Aenean viverra malesuada libero. Fusce ac quam. |
Links |
|
|
|